Mengungkapkan perasaan tampaknya adalah hal yang dramatis dan agak menye-menye, padahal saya berharap banget orang-orang itu bisa lebih terbuka dan jujur atas perasaannya, meskipun perasaan tersebut harusnya bisa terbaca sekilas melalui raut muka ataupun bahasa tubuh.
Kalau kamu berteman dengan saya, mungkin tidak akan sulit menemukan arti dari ekspresi muka saya ketika saya sedang memendam kesal, marah atau sedih. Tapi saya terkadang kesulitan menemukan jenis emosi yang sedang orang rasakan ketika mereka mengalami sesuatu lalu tidak mengungkapkannya.
Padahal, dengan mengungkapkan emosi, saya gak hanya jadi tahu apa yang kamu rasakan, tapi juga bisa tahu bahwa beberapa pengalaman seseorang itu ada yang tampak biasa saja, padahal bisa sangat berarti untuk sebagian orang.
Misalnya nih, dulu saya agak kesal dengan kelakuan cowok-cowok yang drama banget ketika klub bola favoritnya kalah. Malah ada yang sampai nangis juga. Jujur saat itu saya anggap soccer itu hal yang remeh. Sampai akhirnya saya mengalami sendiri yang namanya ngefans akan sesosok idola (tapi mudah-mudahan gak sampai ekstrim juga, ya) dan saya sendiri bisa sangat happy atau sangat sedih kalau idola saya punya kabar buruk. Saya jadi tahu gimana "perasaan" orang yang seneng sama suatu klub bola.
Dari ungkapan perasaan seseorang, saya jadi tahu ada hal yang gak bisa dianggap remeh.
Di lain waktu, saya baru dengar cerita seorang kenalan, tentang ayahnya yang baru kehilangan salah satu anak kandungnya (alias saudara dari kenalanku ini). Dia bercerita bahwa ayahnya tidak pernah berani melewati area pemakaman anaknya. Jika mau menuju suatu tempat yang jalurnya harus melewati area pemakaman anaknya, ayahnya ini rela ambil jalan alternatif yang lebih jauh hanya untuk menghindari area pemakaman anaknya. Dari cerita temanku ini, lantas aku baru tahu bahwa kematian seorang anak bagi seorang ayah bisa amat sangat berat, saking berat perasaan sedihnya sampai-sampai seperti kalah dengan perasaannya sendiri. Tapi akhirnya berminggu-minggu berlalu, ayahnya ini mau menjenguk anaknya di pemakanan, seolah-olah ayahnya sudah ikhlas.
Dari ungkapan perasaan seseorang, saya jadi tahu ada perasaan yang memang hanya dimengerti oleh orang-orang yang benar-benar mengalami.
Semoga sih, saya bisa lebih pandai berempati terhadap apa yang menimpa orang lain. Tapi kalaupun sy gak sengaja menyakiti orang lain, mudah2an ada pintu maaf terbuka lebar dan lambat laun perasaan sakit kamu bisa tergantikan dengan rezeki yang tak terduga.
Namun bagi sebagian orang dengan karakter tertentu, akan sangat sulit untuk mengungkapkan perasaan atau emosi ini. Tapi sepertinya menulis bisa menjadi salah satu cara sebagai pelampiasan emosi, lho!
Saya pernah coba mengungkapkan perasaan saya lewat suatu tulisan di buku diary (wow, zaman sekarang masih ada gak yah yang suka nulis diary?), dan tahukah kawan, saat itu saya merasa lega setelah mengungkapkannya lewat tulisan. Meskipun saat mencoba mengungkapkan semuanya, rasanya seperti sedang membuka luka bekas sayatan yang masih basah dan perih tapi mau gak mau harus ditetesi betadine supaya lukanya cepat mengering. Kira-kira seperti itulah rasanya, walaupun sakit but it worth a try.
Ungkapkanlah perasaan walaupun hanya sedikit dan terlambat, melalui tulisan atau apapun.
Tidak ada komentar