Gigi Berlubang Berujung Jadi Kista
Kali ini saya ingin bercerita mengenai pengalaman saya. Di usia deket-deket kepala 3 begini bisa dibilang saya males banget cek kesehatan gigi. Ada gigi sakit aja langsung cari obat pereda nyeri tanpa cek ke dokter ada masalah apa di gigi saya.
Sampai akhirnya saya memutuskan untuk periksa ke dokter gigi karena saya udah sakit gigi 2 hari berturut-turut dan di hari kedua sakit gigi itu, saya mendapati ada benjolan cukup besar (kira-kira sebesar kelereng) di langit-langit mulut. (Ini kejadiannya 10+ hari yang lalu, sekarang sudah mengecil)
Awalnya saya heran sih, kok ada benjolan besar dan sakit sekali tapi bukan di gusi, melainkan di langit-langit mulut yang posisi benjolannya dekat dengan gigi yang sedang sakit itu. FYI gigi yang sakit ini ada di bagian depan.
Benjolannya sakit dan meradang, sampai gak bisa tidur!
Di hari pertama dan kedua saat sakit gigi saja, itu sudah sangat mengganggu dan bikin gak mood makan dan juga gak mood ngapa-ngapain! Kemudian saya coba minum paracetamol cuman tetep gak sembuh juga. Lalu di hari ketiga itu saat saya bangun pagi, saya terkaget-kaget gak taunya ada benjolan di langit-langit mulut dan terasa sakiiiitt sekali sampai rasanya satu rongga mulut saya sariawan ðŸ˜ðŸ˜.
Saya coba konsul ke dokter (via chat online di aplikasi konsultasi online dengan dokter) lalu saya disarankan minum Cataflam yang memang ampuh sih bikin sakitnya mereda, tapi sakitnya datang lagi datang lagi setelah 3 - 4 jam kemudian.
Akhirnya saya selalu terbangun tengah malam karena sakitnya muncul lagi. Saya kerap terbangun jam 1 atau 2 pagi lalu akhirnya saya minum cataflam lagi. Capek banget.
Hari Ketiga Usia Benjolan, Akhirnya Ke Dentist Juga
Saat itu saya agak bingung juga mau ke dentist mana, karena tentunya kalau mendadak datang bisa jadi ditolak pelayanannya karena harus booking dulu jauh-jauh hari. Kemudian saya coba kontak CS salah satu dentist dekat tempat tinggal saya di Kebayoran Lama, saya dapet jadwal hari jumat alias 4 hari lagi dari hari itu. Saya saat itu mau pasrah aja nungguin sampai ketemu dokter di hari jumat. Tapi saya pikir kalau nunggu 4 hari seperti itu saya gak bakal sanggup. Saya gak mau terbangun terus tengah malam selama 4 hari.
Akhirnya saya berhasil negosiasi sama dokternya supaya bisa ketemu selasa alias tepat besoknya. Lalu tanpa ba-bi-bu saya langsung ajukan cuti ke HRD saya dengan alasan mau ke klinik gigi.
Ke Dentist Pada Pertemuan Pertama, Dikasih Antibiotik
Setelah ketemu, saya ceritakan kronologi sakitnya. Disitu saya gak langsung dikasih tindakan apa-apa dulu karena dokter ingin lihat dulu hasil rontgen saya untuk memastikan apakah lubang di gigi depan saya sudah menembus akar atau belum, dan apakah ada abses disitu. (abses menurut alodookter.com : terbentuknya kantung atau benjolan berisi nanah pada gigi. Abses gigi disebabkan oleh infeksi bakteri)
Saran gaes, jika mau datang ke dentist sebaiknya konsultasi dulu via chat atau telepon di H-1 apakah perlu membawa hasil rontgen gigi? Karena pasti akan berguna banget untuk analisa kedepannya. Daripada harus bolak balik kayak saya.
Kemudian dokternya kasih resep antibiotik dan alhamdulillah 1 hari setelah konsumsi antibiotik itu, sakit di benjolannya udah gak muncul lagi. Rasanya lega banget karena akhirnya saya bisa tidur lagi seperti manusia normal. *terharu*
Ke Dentist Pertemuan Kedua Sambil Bawa Hasil Rontgen
Dari hasil rontgen, mbak dokter udah yakin kalau lubang di gigi depan memang sudah masuk ke akar sehingga harus dilakukan perawatan saluran akar. Saat itu juga langsung diambil tindakan pertama perawatan saluran akar.
Skip Skip
Setelah kurang lebih satu jam perawatan tahap pertama selesai. Kemudian saya tanya lagi ke mbak dokter mengenai "teman baru" saya yang udah lama nangkring di langit-langit mulut ini.
"dok, trus ini benjolannya gimana ya? Bisa sembuh"?
"kalau dari hasil rontgen sih, ini bisa jadi abses atau kista. Tapi saya harus konsultasikan dulu ya ke dokter gigi spesialis blablaa (saya lupa mbak dokternya nyebutin dokter spesialis apa). Nanti saya info lagi ya minggu depan sekalian kita perawatan saluran akar tahap dua."
"oke deh dok"
Lalu saya dikasih resep antibiotik lagi tapi beda nama obat, dan dosisnya juga ditambah dari semula 300 mg menjadi 500 mg.
Ke Dentist Pertemuan Ketiga, Dokternya Baru Nyadar Ada Benjolan Besar
Di pertemuan ketiga, seperti biasa kita melanjutkan tindakan saluran akar tahap kedua (biasanya bisa ada 3 - 5 kali tahap perawatan saluran akar). Setelah itu kita diskusi mengenai diagnosis gigi saya (terutama yang benjolannya ini ya).
Nah, Ini agak lucu sih, saya dari awal banget ketemu beliau kan udah bilang ya kalau benjolannya ini besar dan ada di langit-langit mulut. Ternyata selama ini dia fokus sama abses yang ada di sekitaran gigi saya. Kemudian dari hasil analisa teman beliau yang dokter gigi spesialis itu, katanya harus di rontgen lagi untuk memastikan apakah ini abses atau kista. Huft, saya pikir kok capek yah harus bolak-balik lagi ke tempat rontgen dan kali ini dokternya minta bukan rontgen gigi biasa, melainkan semacam rontgen 3D untuk bisa melihat lebih jelas.
Akhirnya saya tanya ke mbak dokternya : "boleh enggak dok kalau saya konsultasi sendiri ke dokter gigi spesialis Bedah Mulut?"
Lalu mbak dokternya bilang silakan saja, tapi lebih baik cari yang tempatnya praktek pribadi ya, bukan yang prakteknya di RS atau klinik umum karena lagi masa pandemi gini ngeriii cooy..
Akhirnya malamnya saya langsung buka aplikasi Grab, masuk ke GrabHealth trus saya nyari-nyari dah tuh dokter gigi yang gelar di belakangnya ada tulisan Sp.BM
Janjian Ketemuan Sama Dokter Spesialis Bedah Mulut
Setelah chat dokternya, saya sampe bela-belain fotoin hasil rontgennya pakai hape. Itu lumayan pegel juga motoin hasil rontgen biar bisa kelihatan jelas, soalnya saya motoinnya di bawah lampu kamar kosan haha..
Kemudian dokternya sarankan saya untuk ketemu langsung saja kalau memang posisi di Jakarta. Akhirnya saya pikir ya sudah lah yang namanya konsul ke dokter gigi itu akan jauh lebih baik konsultasi tatap muka. Ternyata dokter Sp.BM nya praktek di kawasan Kedoya Green Garden. Hmm oke lah, saya rasa walaupun rada jauh, tapi setidaknya enggak kayak sejauh dari jakarta selatan ke jakarta utara atau timur.
Barusan, Pergi Ke Tempat Praktek Sp. BM
Berbekal hasil rontgen, saya pergi deh tuh ke tempat praktek Pak Henri. Bela-belain hujan-hujanan naik ojek online dan ongkosnya juga lumayan (tapi dapet subsidi sih hhehe) akhirnya ketemu deh ama dokternya. Dokternya super ramah dan baik.
Akhirnya Benjolannya Ditusuk, Dokter Pengen Tau Dalemnya Apa
Benjolannya kan agak plumpy gitu ya, jadi dokter Henri juga gak bisa yakin ini kista apa bukan. Akhirnya diambil sampel dengan menggunakan jarum suntik. Ini agak drama sih disini, karena sy udah lamaaa banget gak kena suntikan. Agak deg-degan cuman yaudah lah pasrah aja. Saya sampe nanya dua kali ke dokternya "sakit gak tuh dok???" dan dokternya cuman meyakinkan kalau sakitnya sedikit aja kayak ditusuk (ini jawabannnya si dokter gak membantu sih sebenarnya)
Akhirnya setelah ditusuk jarum suntikan itu (untung gak sakit-sakit banget kok gaes, masih lebih sakit kalau disuntik di lengan) terlihat isinya darah. Dari situ dokter bisa yakin kalau itu kista.
Dilakukan Rontgen Ulang, Tapi di Area Tertentu Saja
Disini dokter Henri menyarankan untuk konsultasi lagi ke temannya yang merupakan dokter gigi spesialis konservasi gigi, namanya Bu Diana. Disini saya baru tahu ada yang namanya "rontgen mini", jadi hasil rontgennya bukan satu area mulut, tapi satu area tertentu saja. Hasil "rontgen mini" ini nantinya akan memperlihatkan 3 - 4 gigi saja.
Setelah berdiskusi mengenai segala kemungkinan dan treatment yang akan diambil, saya memutuskan untuk melanjutkan perawatan saluran akar di tempat praktek Pak Henri saja.
Begini kurang lebih penjelasan dokter Diana mengenai benjolan saya :
Gigi kamu yang berlubang itu sudah dipenuhi bakteri dan bakterinya juga sudah menembus akar gigi. Bakteri ini (yang ada di akar gigi yang sakit itu) sedang berpesta pora karena bakterinya merasa tempat pestanya ini tidak diganggu (karena saya diamkan terus, tidak dirawat). Akhirnya lama-kelamaan timbul infeksi yang bisa menyebabkan kista sebagai salah satu efeknya.
Hmm, baiklah.
Jadi gaes, kalau ada lubang gigi sedikiiit aja. Please, lebih baik langsung ditambal yah! Jangan seperti saya yang di diamkan saja sehingga bakteri di gigi saya sampe terhanyut di zona nyaman kemudian menyebar dan berinfeksi.
Lalu saya tanya lagi, apakah kemudian benjolan kista ini bisa sembuh? Lalu kata dokternya perlu diselesaikan dulu perawatan saluran akarnya lalu kita perlu tunggu dulu 1 - 2 bulan apakah kista ini membesar, ataukah mengecil. Seiring kekebalan tubuh kita bagus, maka bakteri ini akan hilang sendirinya dan kistanya bisa mengecil. Jadi masih ada kemungkinan kista ini bisa hilang sendiri, atau jika makin besar maka harus dioperasi.
Mendengar kata operasi, saya tentunya udah insecure duluan hahaha... lalu saya tanya "apakah operasi kista ini termasuk operasi kecil?" Dan ya, kata dokternya memang masih tergolong operasi kecil jadi tingkat keberhasilannya juga tinggi.
Huft, lumayan lega juga sih dengarnya.
Perawatan Saluran Akar Mulai Dari Nol Lagi
Akhirnya setelah sepakat untuk melanjutkan perawatan akar di klinik Dokter Henri (tapi ditangani sama Dokter Diana, sih), saya kemudian melanjutkan perawatan saluran akar dimulai dari tahap awal lagi. Tapi sebelum dimulai, gigi saya di rontgen dulu pake "rontgen mini" tadi.
Lucu sih bentukan rontgen mini-nya. Rasanya seperti dijepret pake kamera hape, kemudian hasilnya langsung dicetak saat itu juga.
Hasil Rontgen Mini : Fix, Ini Kista !
Setelah dilihat hasil rontgen mini, ternyata hasilnya memang sangat jelas karena area yang di rontgen juga lebih spesifik. Terlihat ada lingkaran hitam di sekitar saluran akar di gigi yang sakit itu. Akhirnya dokternya makin mantap untuk melakukan saluran akar sekalian membongkar hasil tambalan sementara yang dikerjakan oleh dokter gigi di dekat tempat tinggal saya itu.
Perawatan Gigi Oleh Dokter Gigi Spesialis Memang Beda.
Setelah dua kali melakukan perawatan saluran akar bersama dokter gigi sebelumnya, saya jadi mulai terbiasa dengan "sensasi" gigi yang dikoyak-koyak. Tapi kali ini, gigi saya (oleh Bu Diana) entah diapain aja saya juga kurang paham karena alat-alatnya saya lihat kok kurang familiar ya.. alat bornya sih sama aja kaya di klinik gigi yang lain, tapi saya merasa gigi saya dimasukin benda-benda tajam entah apa itu namanya, yang jelas rasanya SAKIT.....
Perawatan saluran akarnya belangsung sekitar 1 jam lewat 15 menit. Lama banget emang, dan pegel juga mulut saya ngebuka terus.
Setelah selesai, dokternya menjelaskan kalau perawatannya mungkin akan berlangsung 3x lagi. (OH MY GOD, HARUS 3X LAGI MERASAKAN SAKIT INI).
Dan selama perawatan berlangsung, bakteri di gigi saya (kata dokternya) sedang dalam proses "diganggu" tempat pestanya. Saya mikirnya mungkin seperti satpol PP yang mengacak-ngacak lokasi judi togel lalu pelakunya berkeliaran kemana-mana, namun reaksi si pelaku ini macam-macam, ada yang akan berontak dan ada juga yang akan kabur.
Nah, bakteri di gigi saya juga begitu, akan ada yang berontak (sehingga saya mungkin akan merasakan sakit) dan ada yang kabur/hilang.
Mudah-mudahan setelah perawatan saluran akar ini selesai, kista di gigi saya bisa lama kelamaan hilang. Kalaupun tidak, ya sudah lah ya, berarti kudu operasi.
Saya merasa kapok, tapi sekaligus lega karena setidaknya saya sudah tahu diagnosanya sejak jauh-jauh hari sebelum si kista ini membesar dan membesar.
So, buat temen-temen yang jarang cek up ke dokter gigi. Yuk lebih perhatian lagi sama giginya. Inget ya :
1. Kalau ada lubang sedikit aja dan mulai sakit, buruan ditambal!!
2. Jaga kesehatan, makan yang bener dan tidur yang cukup. Itu membantu banget untuk jaga daya tahan tubuh kita! Sehingga bisa mencegah kita ketemu infeksi bakteri yang gini-gini
Buat yang udah mampir ke tulisan saya ini, doakan ya semoga gigi saya baik-baik saja.
Tidak ada komentar