Bagiku, berdoa tadinya merupakan hal yang sulit,
aku adalah orang yang cukup arogan yang tidak mau bercerita akan keluh kesah
hidupku kepada jangankan Tuhan, kepada orang lain pun aku tidak berani, dan
tidak mau. Sampai suatu ketika, ada anjuran dari salah satu teman di rohis
jurusan yang mengajakku mengikuti semacam acara pelatihan spiritual atau
intinya sih biasa saya sebut ceramah.
Awalnya aku berpikir, toh aku gak
wajib-wajib banget kan datang ke acara ini, seharusnya yang menjadi sasaran
kegiatan ini adalah para mahasiswa baru, tak terasa aku sedang memasuki tingkat
3 di bangku kuliah, yang artinya jika aku mengkuti lagi acara semacam ini, sudah 3
kali aku akan mengalami pembekalan spiritual ini, kenapa saya sebut 3 kali?
Karena aku tau betul siapa orang yang menjadi pemateri di saat itu. Sebut saja
kang Gea, sudah 2 sampai 3 kali aku pernah mendengar ceramah dari beliau,
sampai-sampai aku tau metoda yang akan beliau sampaikan kepada kami, saya pun
tau penggalan kisah-kisah penuh hikmah apa yang akan beliau ceritakan kepada
kami, karena biasanya orang yang sama akan selalu memberi kesan yang sama dalam
beberapa pertemuan yang berbeda.
Namun kali ini lain, rasanya saya benarr-benar
tertarik untuk mengikuti kajian ini, toh sebetulnya tujuan utama aku datang ke
tempat itu adalah karena aku ga ada kerjaan lain di kosan selain meratapi
soal-soal dari tugas yang diberikan tanpa bermaksud memulai untuk
mengerjakannya atau paling banter nonton film di laptop yang padahal filmnya
itu jelas-jelas sudah pernah aku putar sampai berulang-ulang, hahaha.
Sampai suatu waktu, kang Gea kemudian
memaparkan suatu materi yang bagiku benar-benar baru aku dengar, kalau pas
bagian prolog sih sudah ga heran kalau kang Gea bakal ngasih materi itu, tapi
yang bagian ini sungguh lain, rasanya pas bagian ini tuh benar-benar mendobrak
pintu keangkuhan dan keseganannku untuk berdoa pada Tuhan. Begini kira-kira
perkataan beliau:
“kita sebagai umat muslim tentu saja
diajarkan untuk berdoa, iya kan? dari bangun pagi sampai bangun lagi di
keesokan harinya. Nah, saat kita bangun pagi, malaikat yang ditugaskanNya akan
datang kepada ruh kita dengan membawa catatan-catatan nasib yang akan kita
alami selama satu hari itu, namun nasib-nasib tersebut tidak semuanya baik dan
tidak semuanya buruk, tergantung dari diri kita, jika kita berdoa ketika bangun
pagi, terlebih lagi jika kita membaca dzikir pagi, maka nasib-nasib yang buruk
tersebut akan tertolak dari ruh kita. Maka perbanyaklah berdoa”
Super sekali, mungkin respon pertama yang
aku munculkan di pikiranku ketika itu adalah
: “apakah benar demikian?”. Namun, satu hal yang membuatku tertegun
adalah, betapa Tuhan hanya ingin diri kita ini meminta padanya, merayu hanya
padaNya, berserah diri padaNya, dan bergantung padaNya.
Dari Tuhan kembali ke
Tuhan. Apa-apa yang kita alami di setiap harinya harus dikembalikan ke Tuhan.
Saat pagi hari kita bangun dengan keadaan masih bisa bernafas lega, memiliki
bekal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani, disitulah kita
juga sedang diuji, sudah cukup bersyukurkah kita akan karuniaNya. Memang sih,
seringkali aku rasakan, betapa beruntungnya diriku bisa bangun dengan sehat dan
malamnya tidur dengan nyenyak. Alangkah banyaknya nikmat yang aku alami dari
hari ke hari, namun sayangnya, rasa syukur dalam diri ini tidak pernah
mendominasi setiap langkah dalam hari-hari yang kulalui, masih untung aku bisa
hidup, tapi malah sempat-sempatnya saja aku berbuat hal-hal yang bagi Tuhan
pastilah tidak menyenangkan.
Terutama bagi seorang muslimah seperti
diriku, sungguh masih banyak tugas yang seharusnya bisa aku penuhi dalam rangka
beribadah. Sehari-hari hanya bangun, sholat, kemudian tilawah seadanya, kadang
solat dhuha, kadang tidak karena malas, kemudian solat lagi di siang dan
sorenya, kadang menggunakan solat sunah kadang tidak, kemudian datang malam hari,
kadang tilawah kadang tidak, kadang meniatkan diri untuk shaum sunah, kadang
juga tidak jadi shaum hanya karena telat bangun untuk sahur. Hahaha dasar aku
ini pemalas.
Mungkin ketidak konsistennan seperti itulah
yang membuat hati ini mudah terbolak balik, kadang syukur kadang tidak.
Padahal, usia sudah kepala dua, tapi lagaknya dalam menjalani hidup masih
seperti terombang ambing seperti ini, masih seperti anak labil yang berusaha
mencari jati diri.
Sampai pada akhirnya. Aku ingin
berkomitmen, bahwa mulai hari ini, hati ku haruslah diperlunak, haruslah
dibersihkan dari noda-noda yang akan memburamkan cahaya yang masuk. Aku yakin,
sangat yakin bahwa Allah Maha Baik, kejadian yang kualami apapun itu adalah
atas kehendaknya, tugas kita sederhana saja, merespon segalanya dengan baik dan
tetap kembalikan semua urusan padaNya.
Aku ingin, hari-hariku dipenuhi dengan
ibadah, dipenuhi dengan hal-hal yang produktif, dipenuhi dengan
semangat-semangat baru yang membawaku kepada langit, kepada impian-impian di
masa yang akan datang. Allah begitu baik padaku, telah memberikan ku rasa
tertarik pada banyak hal. Semoga potensi-potensi dalam diri ini dapat
mengantarkanku kepada kesuksesan yang membuat orang-orang tersayang di
sekitarku menjadi senang dan bangga padaku. Aamiin,
Tidak ada komentar